Peristiwa Inspiratif

APRA (ANGKATAN PERANG RATU ADIL)
Raymond Pierre Paul Westerling lahir di Istanbul, 31 Agustus 1919. Ia adalah salah satu komandan pasukan Belanda yang terkenal karena Pembantaian Westerling yang dipimpin olehnya tahun 1946 hingga 1947 di Sulawesi Selatan dan pengkudetaan APRA di Bandung, Jawa Barat.
Westerling memanfaaatkan kesempatannya disaat rakyat Indonesai mempercayai bahwa akan datangnya Ratu Adil yang dapat membawa kemakmuran. Kepercayaan tersebut memperlihatkan bahwa sebagian rakyat Indonesia yang telah lama menderita karena penjajahan, baik oleh Belanda atau Jepang, mendambakan datangnya suatu masa kemakmuran seperti yang terdapat dalam ramalan Jayabaya. Hal tersebut membuat rakyat Indonesia mempercayai Westerling dan mengikuti perintah yang diberinya, salah satu contohnya adalah rakyat-rakyat Indonesia dihimpun untuk menjadi tentara APRA.
Pada tanggal 23 Januari 1950, Bandung diserbu oleh para APRA yang bersenjata lengkap, membunuh anggota TNI yang dijumpai oleh mereka. Oleh karena peristiwa tersebut, Markas Divisi Siliwangi sempat dikuasai oleh APRA karena telah terbunuhnya seluruh anggota regu, termasuk Letnan Kolonel Lembong. Selain itu banyak warga-warga tidak bersalah lainnnya yang telah terbunuh.
Description: Macintosh HD:Users:cissy:Pictures:iPhoto Library.photolibrary:Masters:2014:11:30:20141130-182727:images.jpegDescription: Macintosh HD:Users:cissy:Pictures:iPhoto Library.photolibrary:Masters:2014:11:30:20141130-182800:images-1.jpeg
APRA pun berhasil dilumpuhkan dengan didesak oleh APRIS. Westerling dan Sultan Hamid II akan menyerang gedung tempat berlangsungnya siding kabinet RIS, yang akan membunuh Menteri Pertahanan yaitu Sultan Hamengkubuwono IX, Sekertaris Jendral Kementrian Perthanan, Mr. Ali Budiardjo, dan Pejabat Kepala Staf Angkatan Perang Kolonel T.B. Simatupang. Karena kesigapan dari APRIS, APRA pun berhasil digagalkan. 22 Februari 1950, Westerling melarikan diri ke luar negeri, sementara Sultan Hamid II berhasil ditangkap pada tanggal 4 April 1950.
Tujuan Westerling membentuk APRA ini adalah mengganggu prosesi pengakuan kedaulatan dari Kerajaan Belanda kepada pemerintah Republik Indonesia Serikat (RIS) pada 27 Desember 1949. Selain itu tujuan dari mendirikan APRA adalah tetap berdirinya Negara Pasundan dan APRA sebagai tentara Negara Pasundan.
Peristiwa ini sebenarnya memang tidak bagus untuk ditiru, tetapi aku hanya bingung dan takjub bahwa betapa gampangnya Indonesia terpengaruh dengan tawaran-tawaran yang diberikan oleh para penjajah.
Peristiwa ini penting karena APRA ini adalah salah satu peristiwa yang hampir saja membuat Indonesia terjatuh dan hancur, bahkan telah memakan ratusan korban jiwa yang ada di Kota Bandung.
Bila peristiwa ini tidak terjadi, maka Sultan Hamid II tidak akan tertangkap atau bahkan ketahuan bahwa ialah salah satu penghianat Indonesia. 

Leave a comment